Tidak hanya uang, pemberian juga bisa berupa hasil bumi dan sembako seperti gula atau beras. Bahkan pemberian seperti ini juga kerap diterima Ambar dan timnya ketika memberi penyuluhan ke desa-desa, sebagai buah tangan. Itulah sebabnya, materi gratifikasi menjadi salah satu materi yang sangat ditekankan dalam penyuluhan Ambar.
"Mereka baru tahu bahwa pemberian adalah gratifikasi jika terkait dengan pejabat publik, dalam hal ini perangkat desa. Pemberian inilah yang menjadi bibit-bibit korupsi. Sekarang mereka mulai bisa membedakan dan menghindarinya," ujar Ambar.
"Anak-anak desa yang sebelumnya apatis terhadap korupsi, juga jadi tahu bahwa perilaku itu salah. Mereka sudah bisa mengetahui nilai-nilai integritas, seperti keberanian, kejujuran, dan tanggung jawab," lanjut dia.
Tantangan dan Strategi Penyuluhan di Desa
Perjalanan memberikan edukasi antikorupsi tidak selalu mulus. Ambar kerap mendapatkan cibiran dan penolakan, bahkan dari rekan-rekannya sendiri. Kunjungan ke desa-desa juga tidak selalu disambut antusias oleh warga.
Pernah suatu kali, Ambar dan timnya menempuh perjalanan 1,5 jam dengan medan yang buruk ke sebuah desa. Dia sudah membawa berbagai materi penyuluhan, termasuk papan permainan Terajana untuk anak-anak desa. Tujuan utama penyuluhannya adalah para perangkat desa dan para guru, tapi yang hadir bisa dihitung jari.
"Ada beberapa pemikiran tendensius sehingga tidak banyak yang hadir. Perangkat desa cuma dua orang, guru juga cuma dua orang yang datang," kata perempuan pecinta kucing ini.