Kejujuran lebih baik diterima sebagai kepolosan yang tidak mempersyaratkan apa-apa […] setidak-tidaknya inilah yang harus dikatakan, sebab sudah semakin sedikit orang mau bersikap jujur.”
― Putu Wijaya, sastrawan dan tokoh teater
PENDEK kata, korupsi adalah bentuk ketidakjujuran. Korupsi bertolak belakang dari
nilai-nilai integritas; mencederai nurani dan hukum.
Padahal, satu kebohongan atau ketidakjujuran berdampak luas; satu kebohongan cenderung berlanjut pada kebohongan berikutnya.
Ada cerita menarik tentang nilai-nilai kejujuran yang bisa kita contoh dari Bung Hatta, salah satu proklamator kemerdekaan RI.
Kala itu, sekitar 1950-an, Siti Rahmiati Hatta, sang istri wakil presiden pertama itu, sedang berjuang keras menabung. Ia berniat beli mesin jahit.
Uang belum terkumpul, tapi datang kabar buruk dari Istana. Keluar kebijakan pemotongan Oeang Republik Indonesia (ORI). Rahmi kecewa dan mengadu ke suaminya. Sepulang dari kantor, Hatta kena omel istri.
“Aduh, Ayah…mengapa tidak bilang terlebih dulu, akan diadakan pemotongan uang? Uang tabungan kita tidak ada gunakan lagi! Untuk beli mesin jahit tak bisa lagi, tidak ada harganya lagi,” Rahmi mengaduh.
Dalam buku Hatta, Si Bung yang Jujur dan Sederhana (2010) karya Adhe Firmansyah, diceritakan Hatta dengan tenang menjawab keluhan istrinya itu.
“Yuke,” begitu Hatta memanggil istrinya, “seandainya Kak Hatta mengatakan terlebih dahulu kepadamu, nanti pasti hal itu akan disampaikan kepada ibumu. Lalu, kalian akan mempersiapkan diri, dan mungkin akan memberitahu kawan-kawan dekat lainnya. Itu tidak baik.”
Bagaimanapun, Hatta melanjutkan, “Kepentingan negara tidak ada sangkut-pautnya dengan usaha memupuk kepentingan keluarga. Rahasia negara adalah tetap rahasia,” katanya.
“Sungguh pun saya bisa percaya kepadamu, tetapi rahasia ini tidak patut dibocorkan kepada siapa pun. Biarlah kita rugi sedikit, demi kepentingan seluruh negara. Kita coba menabung lagi, ya!" Hatta menenangkan hati istrinya.
Kisah itu menunjukkan bagaimana integritas Hatta diterapkan kepada keluarga. Makanya, kepada keluarganya, Hatta pun menanamkan nilai jujur sejak dini.
Melahirkan pribadi yang jujur butuh pembiasaan. Ada benarnya yang diucapkan Deputi Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK Wawan Wardiana suatu kali.
Jika sulit menerapkan sembilan nilai integritas, ambillah satu nilai saja: jujur. “Kalau jujur bisa diterapkan di mana saja, insyaallah delapan nilai lainnya akan mengikuti," kata Wawan. (
Baca:
Merabuk Integritas Anak Bersama Ayah)
Banyak pesan kejujuran telah disampaikan di masyarakat, salah satunya melalui film. Di bawah ini beberapa film antikorupsi yang mengajarkan kejujuran:
Kurang 2 Ons
Ceritanya tentang Dimas dan ayahnya yang menjadi penjual sayur di pasar tradisional. Setiap hari Dimas menemani ayahnya. Namun, ia melihat ayahnya hampir selalu mengurangi berat timbangan sayur: 2 ons. Suatu hari, Dimas diminta menggantikannya sebentar. Akankah Dimas mencontoh ayahnya ataukah Dimas memilih berdagang dengan jujur? Tontonnya
di sini!
Angpao
Demi angpao Imlek, Michael harus menghafal silsilah keluarga ayahnya. Namun, rivalnya yang bernama Roger berhasil mendapat 1 angpao bernilai besar dari seseorang misterius yang tidak Michael tahu silsilahnya serta panggilannya. Roger menolak memberitahunya.
Saat Michael ke kamar mandi, Michael tanpa sengaja menemukan angpao yang sama dengan milik orang misterius tersebut. Akankah Michael mengambil angpao tersebut ataukah memilih untuk mengembalikannya pada orang misterius tersebut?
Tonton, yuk!
JasTip Jasa Tipu-Tipu
Fikri dan Ipin adalah penjual madu palsu yang memasarkan produknya melalui sosial media. Suatu hari, Fikri dihubungi seorang pejabat bernama Pak Agus yang ingin agar madu tersebut menjadi sarana pemasaran politiknya.
Tawaran pendapatan yang besar membuat Fikri tertarik. Namun, ia menjual madu palsu. Apakah Pak Agus akhirnya mengetahui hal tersebut? Selengkapnya
di sini!
Gombal From Home
Film ini memenangkan penghargaan ACFFest 2020 dalam kategori Short Movie. Bercerita tentang Fajar yang membuat akun dengan nama palsu yaitu Eka dan foto serta deskripsi palsu. Dengan akun bernama Eka, Fajar mengajak kenalan beberapa orang dan akhirnya mengobrol akrab dengan akun bernama Devi.
Suatu kali, Fajar mendapat panggilan kerja. Ternyata, Devi-lah yang mewawancarainya.Akankah Fajar jujur pada tentang profil kerjanya? Saksikan lebih lanjut nasib Fajar
di sini!
Berbagai film di atas bisa menjadi media pembelajaran yang tepat bagi #KawanAksi bahwa
berani jujur itu hebat. Cerita yang dikemas ringan sehingga bisa menjadi tontonan edukasi bagi keluarga.
#KawanAksi bisa mengunjungi akun
Youtube ACLC untuk menonton film antikorupsi atau video-video edukasi terkait integritas.[*]