Menurut dia, literasi yang bersumber dari akal budi adalah kemampuan mencerap, mencerna, dan mengeluarkan informasi. Budaya literasi sebetulnya sudah tumbuh dan banyak kegiatannya di Indonesia, salah satunya literasi antikorupsi.
"Literasi antikorupsi saya lihat makin hari, makin peduli, apalagi di media sosial ya. Seperti flexing itu diramaikan, sehingga orang makin takut karena warganet bergerak. Ini saya lihat makin hari, makin kuat," ujarnya.
Baca:
"Lewat artikel ilmiah populer yang hadir di CIFest 2023, yang sebelumnya tidak ada, ini juga mengukur integritas, seperti menulis dengan rapi, merujuk dengan jujur, dan lainnya" katanya.
Sementara itu, Dydan Muhammad, salah satu pemenang CIFest 2022, bercerita tentang pengalamannya saat mengikuti kegiatan tahun lalu. Baginya, ajang ini sangat berkesan tidak hanya saat proses penggarapan materi, tapi juga paska kegiatan.
Dydan bersama tim menggarap sebuah program komputer dengan bantuan AI untuk meng-generate sebuah gambar agar bisa bercerita tentang apa itu integritas. Selama dua bulan, mereka berkolaborasi dengan sejumlah mahasiswa dan dosen.
Manfaat yang didapat, kata dia, adalah kemampuan dalam membuat proposal, menyampaikan ide dan meyakinkan juri. "Kami belajar menulis, mencari literatur, selain itu kami juga belajar leadership, problem solving, dan lainnya," ujarnya.
Tak lupa, Bambang pun berbagi tips menggali ide atau gagasan bagi mahasiswa yang ingin mengikuti CIFest. Supaya tidak buntu mendapatkan ide—karena ide adalah penemuan, bukan pencarian—yang utama, ialah banyak membaca, Bambang menegaskan.
Selain itu, ia menyarankan agar banyaklah jalan-jalan. "Bukan bewisata, healing, ya, tapi banyak berkunjung ke tempat-tempat, lalu banyak silaturahmi. Itu metode saya. Ide itu bisa dari mana saja: peristiwa, fenomena, dan momentum. Maka harus mengoptimalkan pancaindera. Dan, teman-teman yang mengikuti CIFest harus mengoptimalkan pancaindera. Kala sudah ditangkap, lalu tuangkan ke tulisan," katanya.
CIFest, dulu bernama Festial Integritas Kampus, telah digelar beberapa kali, yaitu pada 2016, 2017, dan 2022. Ruang lingkup CIFest awal hanya beberapa kampus yang dipilih dengan pendekatan kampanye sosial sebagai luaran akhir. Kegiatan ini dilaksankan dalam tiga tahap, antara lain (1) identifikasi masalah terkini yang dihadapi sivitas akademika; (2) formulasi gagasan dalam bentuk karya tulis artikel ilmiah populer, video, dan infografis; dan (3) sosialisasi mengomunikasikan gagasan di lingkungan kampus, maupun kelompok sasaran lainn baik media massa maupun media sosial.
Sejumlah karya CIFest yang terdahulu (2016, 2017, dan 2022) dapat dilihat di saluran YouTube ACLC.[]