“MENYULUH antikorupsi itu harus luar biasa, harus cantik, dan epik,” kata Manggazali, co-inisiator Integrity Game Indonesia (@ingame.indonesia).
Dengan begitu, ia melanjutkan, masyarakat yang menjadi sasaran penyuluhan pun tertarik dengan materi yang disampaikan.
Master Manggazali, begitu sapaan akrab penyuluh antikorupsi asal IPAK Sulawesi Selatan, menyampaikan hal itu saat webinar “Bagaimana meningkatkan perilaku antikorupsi dengan cara efektif, menarik, dan berdampak" sekaligus laporan aksi #100 Sesi Game-Based Learning Antikorupsi, Rabu (27 Desember 2023).
Komunitas In Game Indonesia selama sebulan menggelar aksi #100 Sesi Game-Based Learning Antikorupsi. Dimulai 14 November hingga 15 Desember, aksi bermain game sambil belajar antikorupsi itu, melalui game Mau Dibantu, Jaga Hutanku, dan Politrik berhasil memainkan sebanyak 71 sesi dari target 100 sesi.
BACA:
Sesi bermain game terbagi dua yaitu daring dan luring. Sesi Online Facilitated Game-Based Learning (OFGBL) sebanyak 59 sesi, sedangkan sesi luring sebanyak 12 sesi. Pelaksanaan sesi daring, kata Manggazali, berhasil mengalahkan rekor jumlah sesi pada 2022.
Tahun ini total peserta terdaftar 1.381 orang. Namun, kata Manggazali, peserta yang bermain hanya tercatat 1.208 orang terdiri atas 607 peserta bermain daring (dibantu fasilitator/ facilitated), 380 orang bermain luring (dibantu fasilitator), dan 221 orang bermain sendiri (unfacilitated), khususnya game Politrik, sebanyak 221 orang.
Menurut Manggazali, jumlah peserta itu berdasarkan data masuk melalui situsweb Kiles milik Kummara, pengembang game yang menjadi mitra In Game Indonesia dan ACLC KPK dalam mengembangkan game sebagai medium penyuluhan antikorupsi.
Dalam bermain tiga game tersebut terdapat tiga tahapan yaitu pra-play session, game session, dan post-play session. Hanya saja, kata Manggazali, kemungkinan jumlah peserta yang tidak tercatat tersebut karena tidak sampai tahapan post-play session atau tahap refleksi yang disampaikan fasilitator. Tahapan ini tampaknya disampaikan secara manual, katanya.
Aksi #100 Sesi GBL Antikorupsi merupakan bagian dari rangkaian kegiatan “Road to Hakordia 2023”. Aksi diharapkan mampu membangun semangat dan pemahaman antikorupsi masyarakat melalui metode game. Di sisi lain, kegiatan ini juga meningkatkan keterampilan penyuluh antikorupsi, fasilitator game-based learning serta pegiat antikorupsi dalam menggunakan game sebagai media edukasi atau sosialisasi.
Meski tidak tercapai #100 sesi, menurut Manggazali, capaian secara keseluruhan sungguh luar biasa. Setidaknya melibatkan 17 fasilitator dan 1.208 peserta aktif. “Ini menakjubkan,” kata salah satu penyuluh antikorupsi yang baru-baru ini menerima penghargaan dari KPK sebagai Penyuluh Antikorupsi Kreatif dan Inspiratif.
Waktu persiapan yang pendek menjadi poin evaluasi tim In Game Indonesia. Selain itu, tidak semua fasilitator game bisa terlibat dalam aksi tersebut. Dari jumlah training of facilitator (ToF) sebetulnya ada 65 orang fasilitator. Manggazali mengaku tak bisa memaksa para fasilitator terlibat karena kesibukan kerja masing-masing. Alhasil, hanya 17 fasilitator yang bersedia dan terlibat dalam aksi tersebut.
Ia meyakini jika jumlah fasilitator yang terlibat lebih banyak lagi, #100 Sesi GBL Antikorupsi bisa terwujud. Pada 2024, ia berharap target #100 Sesi dan 6.000 peserta bisa tercapai. Makanya, ia sangat berharap sejumlah pemangku kepentingan terus mendukung dan menjadi mitra In Game Indonesia, seperti ACLC KPK, GIZ, dan Kummara.
Ke depan, In Game Indonesia juga akan terus menjaring lebih banyak fasilitator atau para penyuluh antikorupsi baru untuk bergabung dalam komunitas. Karena pada dasarnya game-game yang dikembangkan bisa dimanfaatkan oleh siapa saja yang memang fokus dalam edukasi antikorupsi.
“Agar semakin banyak orang yang tahu tentang game-based learning,” tutur Manggazali.