AKSI / WARNA-WARNI MERIAH ATRIBUT PAKSI DI TAPAKSIAPI 2022
Atribut warna-warni para Penyuluh Antikorupsi (Paksi) menghiasi kegiatan TAPAKSIAPI 2022 di Gedung ACLC KPK, Kamis, 8 Desember 2022. Bukan sekadar hiasan, atribut kedaerahan tersebut sarat akan makna yang mendukung pelaksanaan TAPAKSIAPI 2022.
Tengok saja Master -sebutan untuk Paksi- Syarifuddin, Paksi dari Sulawesi Tenggara yang mengenakan ikat kepala olu berwarna merah berpadu dengan kuning dan hitam. Syarifuddin mengatakan, ikat kepala itu adalah simbol pemersatu, membawa pesan dan harapan akan soliditas para Paksi di Indonesia.
"Olu adalah pengikat untuk membangun kebersamaan. Warna kuning berarti pemimpin, merah penjaga. Kami memiliki tugas untuk menjaga dan mengawasi negara agar bebas dari tindak pidana korupsi, dipadukan dengan hitam sebagai pelestari," kata ketua forum Paksi Sulut ini.
Ada lagi Master Edward dari Riau yang mengenakan Tanjak, hiasan kepala khas daerah berwarna biru, serasi dengan rompi Paksi dengan kelir senada. Ketua Forum Paksi Riau ini mengatakan Tanjak adalah pakaian Melayu yang biasa digunakan di acara resmi.
"Tanjak menunjukkan budaya khas masyarakat Melayu yang biasanya dipakai raja-raja dan pemuka adat," ujar Edward.
Dengan mengenakan tanjak, Edward ingin memperkenalkan sekaligus melestarikan budaya Melayu kepada masyarakat. "Sesuai dengan slogan kami, 'Paksi peduli terhadap Melayu agar tidak korupsi', kami selalu menggunakan tanjak sebagai ikon dalam menyuluh," kata Edward.
Sulit untuk mengabaikan warna-warni nan indah dari hiasan kepala para Paksi Papua di deret bangku belakang. Topi berhias bulu burung dan kerang itu menjulang tinggi, jadi pemandangan yang unik dan menarik.
Beatrix Kasihuw, Paksi dari Jayapura, mengatakan hiasan itu disebut "mahkota". Awalnya, mahkota terbuat dari bulu cendrawasih, namun karena burung cantik itu kini dilindungi maka diganti bulu burung kasuari atau ayam.
"Kami ingin menampilkan keunikan tanah papua yang menonjol, selain noken dan batiknya," kata Beatrix.
Selain bulu burung, topi mahkota juga dihiasi dengan cangkang keong dan kulit kayu. Beatrix mengatakan, setiap ornamen dalam mahkota memiliki arti tersendiri.
"Kulit kayu melambangkan tanah Papua, keong menunjukkan bahwa Papua punya lautan yang cukup luas. Berbeda dengan noken dan batik, bentuk topi mahkota sama di seluruh Papua," ujar Beatrix lagi.
Maria Loihala, Paksi dari Sorong, Papua Barat, mengatakan topi mahkota yang mereka pakai biasanya hanya digunakan pada saat penerimaan tamu istimewa.
"Dengan memakai mahkota, kami ingin menunjukkan penghargaan yang besar kepada TAPAKSIAPI dan KPK. Topi ini mencerminkan bahwa kami di Papua dan Papua Barat siap mendukung LSP KPK dan KPK dalam memberantas korupsi," ujar Maria.