AKSI / DENGAN TIKTOK, PAKSI SOSIALISASIKAN ANTIKORUPSI UNTUK ANAK MUDA
Berbagai cara digunakan para Penyuluh Antikorupsi (Paksi) untuk menyuarakan nilai-nilai integritas. Sasaran mereka juga bukan hanya pegawai instansi atau birokrat, tapi lebih luas lagi, masyarakat dari berbagai kalangan dan usia. Cara kreatif perlu dilakukan agar penyuluhan berjalan efektif, salah satunya menggunakan media TikTok.
Cara ini digunakan oleh Ahmadun, Paksi dan guru dari Madrasah Tsanawiyah 3 Kota Demak, Jawa Tengah. Ahmadun mulai menggunakan TikTok untuk mengambil perhatian para siswanya yang berusia belasan tahun agar mengenal korupsi. Menggunakan akun @Ahmadun1980, dia mengaku mendapatkan respons yang positif.
"Saat saya melakukan penyuluhan dengan men-share video TikTok, banyak anak yang antusias. Sebelumnya beberapa kali saya melakukan penyuluhan dengan ceramah dan diskusi kurang diminati anak-anak," kata Ahmadun kepada ACLC pekan ini.
Dalam video yang diunggahnya di TikTok, Ahmadun memperkenalkan 9 nilai antikorupsi kepada anak-anak. Ke depannya, dia bertekad akan terus membuat video-video serupa di TikTok. Video sosialisasi antikorupsi juga dibuat Ahmadun untuk akun TikTok sekolahnya, yaitu @mtsnegeri3demak.
Dalam salah satu video di akun TikTok sekolahnya, Ahmadun berkolaborasi dengan para siswa untuk membuat film pendek bertemakan penanaman nilai-nilai antikorupsi. Video tersebut ingin memberikan contoh bahwa mencontek saat ujian merupakan salah satu bentuk ketidakjujuran yang bertentangan dengan nilai antikorupsi.
Menurut Ahmadun, penggunaan TikTok sebagai media pembelajaran memiliki dampak yang positif terhadap siswa. Materi yang ringan di TikTok juga lebih mudah terserap dan dipahami siswa.
"Di masa pandemi saya pernah menggunakan media TikTok sebagai media pembelajaran dan hasil belajarnya meningkat. Alasan itulah yang melatarbelakangi saya melakukan penyuluhan dengan menggunakan TikTok dan saya anggap berhasil," ujar guru PPKN ini.
Berdasarkan Statistika, Indonesia memiliki 22,2 juta pengguna aktif TikTok setiap bulannya, kedua terbesar setelah Amerika Serikat. Dengan jumlah pengguna yang besar ini, TikTok bisa jadi sarana sosialisasi dan kampanye yang efektif.
Ahmadun berharap Paksi lainnya juga bisa menggunakan TikTok untuk penyuluhan kepada generasi muda. Hal ini juga disampaikannya dalam Webinar "Aksi Berbagi Mewujudkan Madrasah Hebat Berintegritas" yang diadakan Forum Penyuluh Antikorupsi Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah (FPAKSI GTKM) pada 24 Maret lalu.
"Mari ikut serta mengajak dan menanamkan nilai-nilai antikorupsi kepada masyarakat terutama pada generasi muda (milenial) karena merekalah yang akan meneruskan kelangsungan bangsa Indonesia," ucap Paksi berusia 41 tahun ini.
Untuk para Paksi yang ingin menggunakan TikTok, Ahmadun mengimbau agar menggunakan gambar dan musik menarik yang sedang tren. Namun jangan sampai terluputkan sisi edukasi dari konten video tersebut. Permasalahan lainnya adalah gagap teknologi dan kurangnya kreativitas, untuk itu Ahmadun punya kuncinya.
"Bagi generasi tua, membuat konten di media sosial bisa jadi masalah karena gaptek dan tidak mempunyai jiwa kreatif. Solusinya adalah harus tetap belajar, termasuk kepada anak-anak muda, dan mau menyesuaikan dengan kondisi masyarakat yang mayoritas generasi milenial," kata dia.