Diklat PELOPOR harus dijalani peserta dengan tugas-tugas yang padat. Kegiatan dimulai dari pagi hingga malam. Tak semua peserta menginap; ada yang laju, pergi-pulang dari rumah ke lokasi diklat di bilangan Kemanggisan itu. Namun, diklat dirancang dengan happy—peserta diajak diskusi disertai permainan.
Scopping immersion dan design thinking
Haeli, master of training (MOT) PELOPOR Kemenkeu angkatan kedua, menuturkan, materi yang disampaikan selama diklat berdasarkan kurikulum yang ditetapkan oleh KPK.
Pembelajaran dirancang agar peserta langsung mengaktualisasikan nilai-nilai integritas. Untuk mencapai tujuan dan profil calon Paksi, metode yang diterapkan yaitu scoping immersion dengan konsep design thinking dan mengajak peserta berpikir kritis.
Secara sederhana, metode tersebut menuntut peserta berinteraksi langsung dengan masyarakat untuk memahami dan merasakan sebagai penyuluh antikorupsi.
Widyaiswara Ahli Madya BPSDM NTB itu menuturkan, terdapat lima tahapan dalam design thingking. Pertama, empathize. Tahap awal ini menyentuh sisi psikologis atau empati. Peserta diminta untuk memahami video dan cerita-cerita inspiratif.
Kedua, define. Peserta diminta mengumpulkan informasi dan menganalisisnya, terutama dalam kasus korupsi. Ketiga, ideate. “Tahapan ini, kami mengupayakan peserta untuk menggali ide-ide atau cara-cara melawan kasus korupsi,” ujar Haeli yang juga penyuluh antikorupsi.
Selanjutnya, tahap keempat, prototype. Menurut Haeli, pada tahapan ini, dalam konteks antikorupsi, peserta diklat diminta menggali nilai-nilai integritas dari tokoh-tokoh bangsa. Caranya melalui bedah buku, lalu dipadukan dengan window shopping—pembelajaran berbasis kerja kelompok.
“Setiap kelompok selanjutnya memaparkan hasil dari bedah buku,” katanya.
Terakhir, modifyte/test. “Tahapan ini peserta untuk melahirkan satu gagasan yang muncul dari design thinking dan critical thinking,” tutur Haeli. Pendek kata, peserta menguji rancangan atau prototipe yang telah dibentuk kepada audiens atau target penyuluhan antikorupsi.
Menurut Haeli, melalui metode scoping immersion, para peserta dipersipkan untu benar-benar bisa mengaktualisasikan nilai-nilai integritas. Karena peserta diajari bagaimana menyusun bahan ajar, manajemen penyuluhan hingga teknis pelaksanaan.
“Mengapa praktik penyuluhan menjadi ujung dari pelatihan ini? Karena kami ingin memastikan peserta bisa menyampaikan materi dengan baik dan bisa mengajak peserta bisa berinteraksi, membuat konklusi, lalu merencanakan aksi berikutnya,” kata Haeli.
Haeli melihat mayoritas peserta diklat memiliki semangat bagus dalam praktik menyuluh. Ia pun yakin mereka akan melanjutkan dengan mengikuti sertifikasi Paksi pada awal 2024.