KORUPSI adalah masalah serius yang merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas, membahayakan pembangunan ekonomi dan sosial politik, membahayakan keamanan dan stabilitas masyarakat, bahkan bisa menciptakan kemiskinan secara masif.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya pencegahan supaya kasus korupsi tidak terus merajalela di negara Indonesia. Upaya pencegahan tersebut bisa dilakukan sedini mungkin, dimulai dari kalangan anak-anak pra sekolah hingga mahasiswa dengan menanamkan pendidikan antikorupsi.
Pendidikan antikorupsi bisa diajarka melalui berbagai medium, salah satunya buku komik. #KawanAksi bisa membaca “
Kostum Komik” yang diterbitkan oleh Pusat Edukasi Antikorupsi KPK.
Isi komik ini terdapat dua cerita yaitu
MENYONTEK SAAT UJIAN
Kisah ini menceritakan Juju, aktivis mahasiswa. Namun, ia dikritik karena justru berperilaku tercela: menyontek saat ujian.
“Juju elu kan suka ikut demo antikorupsi, kenapa masih menyontek?”
Juju pun menimpali, “Lah, emang samanya dimana antara menyontek dan korupsi?”
Temannya pun langsung menjelaskan persamaan antara korupsi dan menyontek.
Pertama, mahasiswa akan sering mengawasi pengawas ujian ketika menyontek. Sama dengan koruptor yang selalu mengawasi gerak-gerik KPK, yang bertugas mengawasi penyelenggara negara yang terindikasi korupsi.
Kedua, ketika menjelang ujian mahasiswa lain berhari-hari belajar, tetapi mahasiswa tukang sontek akan mempersiapkan contekan untuk mendapatkan nilai bagus. Seperti halnya koruptor, di saat pejabat lain bekerja jujur supaya naik jabatan, tetapi koruptor malah suap-menyuap sebagai jalan pintasnya mendapatkan jabatan tinggi.
Ketiga, selama tidak tertangkap, tukang sontek maupun koruptor akan makin ketagihan melakukan kebiasaan buruknya. Namun, setelah ditangkap barulah mereka menyesali perbuatannya.
Keempat, tukang sontek dan koruptor sama-sama memakai sandi ketika melakukan aksinya. Contoh, “Kacang pukulnya sudah saya kasih pakai apel washington, ya!”, ujar koruptor. Sementara, tukang sontek menggunakan jari tangannya sebagai tanda saat menyontek.
Kelima, sama-sama membuat strategi supaya tidak ketahuan. Misalnya, ketika ujian tukang sontek menyuruh temannya bikin kegaduhan supaya bisa menyontek. Sementara itu, koruptor menyuap demi menutupi beritanya setelah ketahuan dan menyuruh mengalihkan isu ke berita lainnya.
Keenam, membuat orang jujur jadi malas bersikap jujur. Koruptor dengan mudahnya menjadi kaya, padahal yang sudah jujur bekerja tabungannya hanya seadanya sehingga membuatnya tergiur melakukan korupsi.
Jika membiasakan diri menyontek dan bersikap tidak jujur, kelak ketika menjadi pejabat publik malah mudah tergiur melakukan korupsi.