SEBAGAI unit terkecil dalam masyarakat, keluarga menjadi fondasi menanamkan sikap-sikap berintegritas. Juga, sebagai tempat mempersiapkan dan membekali anggotanya menghadapi dunia luar.
Selain itu, keluarga harmonis juga menjadi tempat koreksi dari pengaruh luar yang menyimpang. (
Baca:
Buku Membangun Gen AKSI)
Untuk itu, tempat sosialisasi pertama bagi anak-anak tersebut haruslah mengajarkan sejak dini praktik kebaikan, nilai-nilai integritas, bukan nilai-nilai koruptif. Karena tindakan koruptif adalah biang korupsi.
Bagian dari fungsi pendidikan dan pencegahan korupsi, KPK mengenalkan istilah “Jumat Bersepeda KK untuk memudahkan masyarakat memahami nilai-nilai integritas.
BACA:
“Jumat Bersepeda KK” merupakan akronim dari 9 nilai-nilai integritas, antara lain jujur, mandiri, tanggung jawab, berani, sederhana, peduli, disiplin, adil, dan kerja keras.
Tanpa disadari, tak sedikit pelanggaran integritas terjadi di lingkup keluarga, bahkan orangtua terkadang “mengajari” anak-anaknya secara tidak langsung pelanggaran tersebut.
Berikut beberapa contoh perilaku nirintegritas yang justru ditunjukkan oleh orangtua di lingkup keluarga.
Berbohong
Praktik ini terkadang tanpa disadari ditunjukkan oleh orangtua. Misalnya, saat ada tamu yang datang ke rumah, kemudian orangtua menyuruh anaknya menemui sang tamu dan mengatakan: “ayah atau ibu sedang tidak di rumah”. Padahal kedua orang tuanya ada di rumah.
Perbuatan tidak baik ini tentu saja bisa dicontoh anak-anak dan menerapkannya dalam kesehariannya. Orangtua haruslah mengajarkan kejujuran kepada anak.
Anak yang terlatih jujur akan terlihat dari perilakunya. Mereka akan lebih percaya diri, tanggung jawab, dan disiplin.
Jujur adalah menyampaikan segala sesuatu sesuai dengan kenyataan. Tidak hanya dari ucapan saja, melainkan juga dari perbuatan dan tulisan.
Namun, tindakan berbohong juga bisa menjadi sifat koruptif. Misalnya, ketika sang anak tidak mengembalikan uang kembalian secara keseluruhan ketika disuruh belanja di warung. Atau, meminta uang kepada orangtua untuk membeli barang seharga Rp2.000, padahal harganya Rp1.000.
Tidak peduli
Selain sifat jujur, orangtua juga penting untuk mengajarkan sikap peduli pada semua anaknya. Peduli memiliki makna yang beragam dan biasanya menyangkut pada hubungan, peran, tugas, pribadi, emosi, dan lainnya.
Oleh karena itu, orangtua sangat penting untuk mengajarkan sikap peduli pada anak-anaknya. Jangan mengajarkan sikap tidak peduli pada anak, seperti suami tidak membantu istri dalam membereskan pekerjaan rumah, begitu juga sebaliknya.
Ketidakpedulian kepada anak-anak juga sering ditunjukkan orangtua. Seperti, orangtua malas atau enggan merespons karya atau permintaan anak.
Kalau perbuatan ini sering dilihat anak, tentunya mereka akan mencontoh sikap tersebut.
Tidak adil
Adil artinya tidak memihak, tidak berat sebelah, dan tidak sewenang-wenang.
Sikap ini penting dimiliki orang tua. Pasalnya, tak sedikit orangtua justru berperilaku berat sebelah terhadap anak-anaknya.
Ada orangtua lebih condong pada satu anak dan memfavoritkannya. Ini terjadi karena anak tersebut dianggap lebih sopan, lebih terbuka, lebih pintar, dan lainnya.
Yang jelas, sifat orang tua yang pilih kasih seperti ini tanpa disadari dapat berdampak buruk pada anak, bahkan dapat memecah hubungan antar saudara kandung.
Tidak disiplin
Salah satu contoh tindakan tidak disiplin orangtua ialah tidak mengembalikan barang pada tempatnya atau membuat sampah sembarangan.
Bahkan, orangtua yang membiarkan anaknya bermain game hingga larut malam, tanpa mencegahnya, juga contoh lain dari perbuatan yang tidak mengajarkan kedisplinan.
Kedisplinan tidak bisa terbentuk satu-dua hari, tapi perbuatan ini harus dilatih berulang kali.
Tidak mandiri
Orangtua yang memanjakan anak-anaknya adalah tidak baik. Anak-anak menjadi tidak mandiri dan bergantung pada bantuan orangtua atau orang lain.
Contoh, anak berusia di atas 10 tahun masih tidur bersama orangtua. Atau, anak tidak pernah diajarkan makan sendiri, tidak merapikan tempat tidur dan tidak menyiapkan keperluan sekolah sendiri.
Bermewah-mewahan
Keluarga haruslah mengajarkan hidup sederhana meski mampu. Hidup sederhana bukan berarti menampilkan diri miskin. Justru, sederhana adalah berpenampilan biasa dan apa adanya.
Membelikan anak sebuah ponsel kelas premium, padahal belum membutuhkan alat tersebut, adalah contoh hidup bermewah-mewahan. Atau, membeli barang-barang melebihi dari kebutuhan juga bagian dari hidup boros dan bermewah-mewahan.
Tak mengingatkan belajar
Orangtua yang tidak mengingatkan anak-anaknya untuk belajar adalah bagian dari tidak mencerminkan nilai integritas kerja keras. Terkadang belajar membuat anak bosan, tapi orangtua harus tetap mengingatkan dan mendorong agar anak tidak patah semangat dalam belajar.
Masih banyak praktik-pratik nirintegritas yang kerap terjadi di lingkup keluarga. Yuk, hindari perilaku-perilaku tersebut.
#KawanAksi yang ingin mengajarkan nilai-nilai antikorupsi kepada anak lewat cergam bisa klik di bagian
pustaka ACLC KPK. Baca yuk!*