DIREKTORAT Pendidikan dan Pelatihan Antikorupsi KPK menyelenggarakan pelatihan “Peningkatan Kompetensi Tenaga Pengajar Diklat” berbasis neuro-linguistic programming (NLP) di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Pelatihan yang diikuti sebanyak 30 pegawai KPK itu diadakan selama tiga hari, Rabu-Jumat (11-13 Desember 2024). Para peserta merupakan para tenaga pengajar pelatihan di lingkungan KPK.
Kasatgas 1 Dit Diklat Antikorupsi KPK Lutfi G. Sukardi mengatakan, sebagai penyelenggara diklat di lingkup KPK, direktoratnya hingga kini belum memiliki tenaga pengajar tetap. Kondisi inilah yang mendorong pihaknya saat ini fokus membentuk tim pengajar internal lintas unit kerja.
Menurutnya, pembinaan terhadap tenaga pengajar sangat penting untuk mengatur pola diklat dan pengembangan kompetensi yang berkesinambungan.
Pelatihan ini, atau training of trainers (ToT), adalah bagian dari Dit Diklat untuk melahirkan tenaga pengajar yang kompeten. “Keberadaan tenaga pengajar atau instruktur yang kompeten merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembelajaran,” ujarnya saat mewakili Direktur Diklat Antikorupsi KPK Yonathan Demme Tangdilintin.
Ke depan, katanya, para tenaga pengajar tersebut akan disatukan dalam sebuah forum community of practices (CoP) yang bernama “INTERAKSI KPK” atau Instruktur Internal Antikorupsi KPK.
Forum tersebut diharapkan sebagai sarana saling bertukar pengalaman dan pengetahuan di antara sesama tenaga pengajar terkait dengan perkembangan teknis-teknis pembelajaran dan diklat.
Praktisi manajemen sumber daya manusia Kunto Wibisono mengatakan pelatihan berbasis NLP ini bertujuan untuk menambah keterampilan tenaga pengajar, terutama dalam menciptakan keterikatan dengan audiens atau peserta pelatihan.
Karena dalam konteks ToT, pada dasarnya fungsi NLP ialah memastikan peserta terikat dengan trainer-nya, Kunto menjelaskan.
Selama tiga hari pelatihan, dosen di salah satu universitas di Yogyakarta tersebut menjadi narasumber tunggal yang memberikan pendalaman terkait NLP dan simulasinya.
“Inti dari NLP adalah komunikasi, bagaimana menciptakan kesan sehingga peserta bisa intens dan terlibat,” katanya. Di sisi lain, seorang pengajar pun harus pandai dalam menyusun dan mendistribusikan materi melalui berbagai simulasi. Tujuannya, agar peserta tetap teringat dan bisa mempraktikkan apa yang dipelajari.