AKSI / KPK PERKAYA WAWASAN ANTIKORUPSI RATUSAN GURU DI LAMPUNG
Ratusan guru di Bandar Lampung mendapatkan edukasi dari KPK mengenai antikorupsi dan metode pengajaran karakter kepada anak didik pada Kamis, 22 September 2022. Dalam kegiatan ini, ditekankan bahwa guru menjadi tokoh sentral dalam membentuk kepribadian antikorupsi pada anak, sehingga harus menunjukkan teladan yang baik.
Kegiatan yang dilaksanakan di Gedung Kantor Walikota Bandar Lampung ini diikuti sekitar 200 orang pendidik dari sekolah-sekolah di kota tersebut dan para operator Jaga. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Roadshow Bus KPK yang pekan ini singgah di Bandar Lampung.
Menjadi pembicara dalam kegiatan tersebut adalah Aida Ratna Zulaiha, Direktur Jejaring Pendidikan KPK, yang menjelaskan mengenai bentuk-bentuk tindak pidana korupsi. Aida juga menjelaskan mengenai Trisula Pemberantasan Korupsi KPK yang terdiri dari upaya pendidikan, pencegahan dan penindakan.
Pemberantasan korupsi melalui sektor pendidikan menurut Aida sangat penting untuk dilakukan. Itulah sebabnya KPK mendorong pendidikan antikorupsi di sekolah-sekolah dan universitas di Indonesia. "KPK sengaja menyusun pendidikan sebagai bagian dari strategi pemberantasan korupsi karena upaya ini akan berdampak sangat luas, terutama pada kehidupan kita dan dalam bernegara," kata Aida.
Aida juga mengingatkan bahayanya perilaku koruptif jika tidak dicegah dalam diri anak didik. Perilaku koruptif di sekolah misalnya mencontek, tidak tepat waktu, plagiasi, dan yang lainnya.
"Perilaku koruptif memang bukan korupsi. Tapi jika dibiarkan maka akan menjadi bibit-bibit korupsi. Sifat ini hanya bisa ditangani dengan pendidikan," kata Aida.
Salah seorang peserta, A. Zainudin, mengapresiasi materi-materi yang diberikan dalam kegiatan tersebut. Kepala sekolah SMP Pajajaran Lampung ini mengaku mendapatkan banyak wawasan baru, salah satunya adalah perlunya melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pendidikan antikorupsi yang telah dilakukan.
"Monitoring ini ternyata penting, lalu dievaluasi apakah berhasil atau tidak, bisa juga dengan simluasi. Kemudian pada akhirnya, apakah strategi tersebut mampu atau tidak membentuk watak anak," kata Zainudin.