Alam yang menantang
Kondisi alam Maluku berupa pegunungan dan berbukit-bukit. Jalan datar dan mulus sebatas di kota. Masuk desa-desa, akses cukup kritis. Ada jalur antardesa yang harus melalui sungai.
Di sebuah kabupaten, antarkecamatan hanya melalui jalur laut. Dari pulau ke pulau yang dijangkau dengan baik kapal maupun speedboat harus menantang ombak tinggi.
Lewat jalur laut, “Paling setengah mati, ombaknya besar sekali. Apalagi musim hujan seperti sekarang, gelombang tinggi, pasti tidak bisa ke tempat penyuluhan,” kata Master Ona.
Ia mencontohkan perjalanan ke Maluku Barat Daya, daerah paling selatan Maluku. Letaknya di selatan Laut Banda, yang berdekatan dengan wilayah Timor Leste. “Maluku Barat Daya itu lebih jauh lagi, semalaman pakai kapal cepat,” tuturnya.
Pilihan selain jalur laut, yaitu akses udara memakai pesawat kecil seperti Trigana Air dan Wings Air untuk menjangkau Pulau Aru, Kei, Maluku Barat Daya, dan lainnya. Master Ona lebih sering memakai jalur terakhir untuk menjangkau kabupaten lain.
Selain tantangan geografis, komunikasi juga menjadi kendala. Sejak ponsel Android populer dipakai warga, telepon kantor tidak pernah dipakai lagi. Meski jaringan seluler sudah terpasang, sinyal yang mereka terima byar-pet. Belum lagi kejadian listrik padam. “Maaf baru bisa balas, ‘mati lampu’,” ujar Master Wisye, penyuluh antikorupsi di Maluku Barat Daya saat dikontak via WhatsApp.
Di Kabupaten Buru Selatan, Master Zul Lesta menceritakan kondisi geografis di daerahnya yang sangat menyulitkan pergerakan ke daerah lain.
“Kami di daerah pesisir, akses jalan darat belum dibuka. Dari Kecamatan Namrole ke Kecamatan Leksukal atau Kecamatan Kepala Madan harus melewati laut,” kata Master Zul yang baru tahun lalu tersertifikasi sebagai penyuluh antikorupsi lewat jalur Diklat PELOPOR.
Ia juga bercerita baru-baru ini jalur darat dari Namrole, tempatnya tinggal, menuju ke Waisama, kecamatan di sebelah timurnya, tak bisa diakses. Jembatan putus karena diterjang arus sungai yang deras.
Ada pula sebagian akses desa ke desa lain di Waisama yang melewati sungai-sungai, kalau kondisi aliran sungai rendah, bisa dilewati. Sebaliknya, jika kondisi pasang, biasanya menggunakan rakit untuk lewat dan angkut motor, katanya.
“Padahal dalam waktu dekat, kami ada kegiatan aksi pencegahan antikorupsi bersama Inspektorat Buru Selatan,” ujarnya.
Nama programnya: Mangente Desa atau berkunjung ke desa. Penyuluh nebeng kegiatan pemeriksaan yang dilakukan Inspektorat ke desa-desa. “Sambil mengaudit, kami menyuluh,” ujar Master Zul yang juga auditor Inspektorat Buru Selatan.
Master Zul sering berkomunikasi dengan Master Ona terkait koordinasi kegiatan penyuluhan. Sayangnya, lagi-lagi sinyal jaringan seluler menjadi hambatan keduanya. Di Leksula dan Kepala Madan, lebih parah lagi; sudah ada jaringan tower seluler, tapi sinyal sulit tertangkap ponsel.
Sementara itu, Master Wisye mengatakan, sengaja terjun di dunia penyuluhan antikorupsi karena sadar bahaya korupsi sejak dini. Ia awalnya sempat mau mundur sebagai Paksi jika orang-orang yang diajaknya memberantas korupsi tidak sejalan karena takut hilang jabatan.
Pikiran itu akhirnya dihempaskan, ia tetap memilih dan tegugh di jalur Paksi karena, “Cinta saya terhadap generasi Maluku Barat Daya. Kami punya potensi kaya pendidikan dan kesehatan, sehingga perlu mendapatkan perhatian,” ujarnya.
“Apa jadinya jika korupsi merajalela, generasi akan terus dibodohi dengan sistem yang dikuasai oleh orang-orang tidak berperikemanusiaan,” ia menambahkan.
Master Wisye mengajak rekan-rekannya untuk turun ke bawah, ke desa-desa, sekolah-sekolah, dan kelompok masyarakat untuk mengampanyekan budaya antikorupsi. “Suka duka saya alami, saya sadar bahwa ini tidak mudah, intervensi pun datang, tapi masih bisa diatasi,” katanya.
Master Ona, Master Zul, Master Wisye dan lainnya di PAKET Maluku tak berpatah asa untuk menyuluh antikorupsi meski kondisi alam menantang juga lingkungan yang mengusiknya. “Kami enggak pernah mundur, tetap sama-sama fight,” ujar Master Ona.
“Kalau diberi tantangan kebaikan, mereka tidak ada lelah. Alhamdulillah, semangat teman-teman penyuluh 100 persen kuat.”