Aktivitas Masudi dan istri tersebar. Suatu kali pesan masuk di akun Facebook-nya. Datang dari Pak Tulus, aktivis LSM di Manado. Ia mengajak Masudi dan istri bergabung dalam pergerakan pendidikan antikorupsi.
Masudi pun mulai ikut menyosialisasikan pendidikan antikorupsi di PAUD, SD, dan mahasiswa. Istri Masudi, sarjana ekonomi—kini sudah meraih S2 dan berbisnis, sempat mengajar pendidikan antikorupsi di IPDN Manado.
Sementara itu, Masudi karena bukan berlatar pendidik, ia cenderung dalam gerak dan lagu, mengajar senam Sahabat Pemberani. Inilah yang membuat dirinya mencipta karya lain sebagai materi sosialisasi antikorupsi.
Pada 2021, akhirnya ia ikut sertifikasi penyuluh antikorupsi lewat jalur pengalaman yang diadakan oleh LSP KPK. Sertifikasi diadakan secara daring karena masih pandemi Covid-19.
Dengan sertifikasi itu, ternyata manfaat yang dirasakan luar biasa, kata Masudi. Ini bentuk kesempatan yang diberikan KPK kepada dirinya seluas-luasnya.
“Ini kan ada semangat amar ma’ruf nahi mungkar (mengajurkan perilaku baik dan mencegah tindakan buruk). Tapi, yang saya garis bawahi di sini, bergerak dibayar atau tidak, saya tetap maju,” katanya.
Dalam menyuluh, Masudi mengatakan, dirinya langsung menyentuh pada hati. Ia menceritakan pengalaman-pengalamannya selama menjadi aktivis. Bahkan, pernah ada seorang guru menangis saat dirinya menyuluh. Guru itu tersadarkan dirinya tidak objektif kepada anak didiknya.
“Saya selalu sampaikan, jika memiliki jabatan, wewenang, manfaatkan sebaik-baiknya untuk anak-anak. Karena anak-anak adalah masa depan bangsa, yang bisa, bukan saja menghentikan, tapi menghambat lajunya korupsi,” kata Masudi.
Oleh karenanya, “Dari pendidikan antikorupsi, dari budaya integritas, kami menyusun kurikulum dan sembilan buku. Ini kami sedang mengadvokasi untuk tahun depan agar guru-guru memakainya. Ini dibuat oleh penyuluh antikorupsi Sulut bersama LSM Pak Tulus.”
Ayo lawang, Ayo perangi,
Wujudkan Indonesia
bersih korupsi
Ucapkan, lakukan, ucapkan…
lawang korupsi
Selain “Lawang Korupsi”, Masudi juga sudah menciptakan “Kami Penyuluh”, juga sebuah lagu Jawa bertema antikorupsi berjudul “Kudune”. Rencana, ia akan melibatkan pengamen jalanan untuk mengisi lagu “Lawang Korupsi” dan “Kami Penyuluh”.
“Kata istri, saya jangan menyanyi, mending orang lain. Tapi, suara saya ‘masuk’, kan?” tuturnya terkekeh.
Proses rekaman dua lagu kemarin sebatas untuk prototipe, sehingga masih bisa dikembangkan lagi, karena tarian lagu sendiri belum rampung digarap.
Masudi memasukkan unsur musik country, lagu daerah, dan iringan kulintang ke dalam lagu "Lawang Korupsi".
Ketua ForPAK Sulut Abdul Haris mengapresiasi kreativitas rekannya itu. “Saya akan terus berusaha mengawal dan memberikan dukungan, serta ikut terlibat kalau dibutuhkan, dengan hasil kreasi teman-teman Paksi,” katanya saat dihubungi lewat telepon.
Ia mengatakan akan memfasilitasi rekan-rekan Paksi Sulut yang berkarya lewat lagu, puisi, pantun, video penyuluhan, olahgerak, metode inovatif penyusunan kurikulum bermuatan antikorupsi, hingga penulisan buku.
“Kami akan terus bergerak dengan berbagai media pembelajaran untuk terus mendukung upaya pemberantasan korupsi di Indonesia,” ia menegaskan.
Ais Kai, begitu panggilan akrabnya, termasuk Paksi kreatif. Ia bersama Masudi dan Oktavianus Lintong dari ForPAK Sulut sama-sama menerima penghargaan dari KPK sebagai Paksi Kreatif dan Inspiratif.
“Pada lagu mars Paksi, saya ikut menulis puisi atau lebih tepatnya ’orasi’ singkat, yang kemudian dibacakan dan dimasukkan lagu itu,” ujarnya yang membantu Masudi untuk proses aransemen dan produksi lagu hingga rampung.
Lagu “Lawang Korupsi” dan tarian itu akan menjadi media pembelajaran dalam kurikulum bermuatan antikorupsi maupun ketika penyuluhan antrikorupsi.
Budaya korupsi semakin membumi
Jangan biarkan semakin menjadi
Ayo lawang,
Ayo kita beraksi…[]