“INI suatu pertanda keberpihakan saya kepada upaya pemberantasan korupsi.”
Begitulah Aulia Rachma memaknai penyuluh antikorupsi (Paksi) bagi dirinya saat berbincang dengan ACLC KPK, Jumat (29 September 2023).
Pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan tersebut pekan lalu baru saja dinyatakan kompeten sebagai penyuluh antikorupsi oleh asesor LSP KPK.
Ia mengikuti Sertifikasi Paksi melalui jalur Diklat atau jalur Pelatihan Calon Penyuluh Antikorupsi (PELOPOR) Kemenkeu Angkatan 1.
“Perasaan saya senang banget, sih,” katanya, “Saya menjadi lebih percaya diri dalam memberikan materi-materi antikorupsi.”
Di akun Instagram-nya, sewaktu masih mengikuti diklat, ia bercerita bagaimana agenda diklat yang super padat sebetulnya membuat dirinya agak malas-malasan. Namun, rasa malas itu akhir buyar.
“Setelah ikut diklat, alhamdulillah banyak banget manfaat yang didapat,” tutur Duta Transformasi 2023 Kemenkeu ini di akun medsosnya.
“Makanya, bisa lulus diklat ini sudah suatu pencapaian buatku,” ia menambahkan. Doa tersebut akhirnya terjawab, ia lulus dan kompeten sebagai Paksi.
Diperkuat dengan beragam materi antikorupsi sewaktu diklat, Aulia merasa dirinya menjadi semakin tergugah untuk memerangi korupsi.
Ngonten di media sosial adalah jalan keluarnya. Karena, katanya, ini sosialisasi yang mudah dijangkau dirinya. Aulia memang suka berbagi konten di akun medsosnya.
“Saya suka bikin konten, main Canva, dan desain,” ujarnya.
Bahkan, sebelum dinyatakan kompeten sebagai Paksi, ia telah membuat konten reels yang dinamainya “SKOR” alias Seri Konten Antikorupsi.
“SKOR edisi pertama ini membahas tentang 3 strategi pemberantasan korupsi, yaitu represif atau penindakan, edukasi atau pendidikan, dan perbaikan sistem atau pencegahan,” tulisnya dalam unggahan perdana konten antikorupsinya pada 30 Agustus 2023.
Menurutnya, korupsi itu kejahatan luar biasa yang dampaknya, bahkan bisa terasa hingga bertahun-tahun lamanya. Karena itu, butuh upaya yang juga luar biasa daan melibatkan semua lapisan masyarakat.
“Yuk, perangi korupsi mulai detik ini!” ujarnya.
Konten-konten yang dibuatnya mengunggah, menumbuhkan dan mengajak pembacanya untuk memerangi korupsi.
Usai diklat, ia tak berhenti ngonten SKOR. Dua konten terakhir di Instagram-nya, ia membahas biaya sosial korupsi—dampak dan kerugian dari korupsi itu sendiri dan tolak politik uang “serangan fajar” saat pemilu.
Berkaca dari Swedia yang memiliki Indeks Persepsi Korupsi yang rendah, menurut dia, pendidikan atau edukasi memainkan peran krusial dalam memerangi korupsi.
Aulia juga aktif di sebuah komunitas literasi anak-anak. Ia berharap melalui komunitas ini bisa berbagi nilai-nilai antikorupsi, menanamkannya sejak dini kepada anak-anak. “Saya orangnya suka sharing atau diskusi,” katanya.