AKSI / KOMUNITAS APA YA MENGAJAK PARA GURU MELAWAN KORUPSI MELALUI PUISI
Pena guruku
Tak pernah bosan menari-nari di diriku
Menuliskan banyak warna di jiwaku
Coretan lembut, hangat menyentuh kalbuku
Pena guruku hebat
Karena penanya aku tak telat
Tugas-tugasku tak lambat
Walau panas matahari menyengat hingga hujan lebat
Puisi berjudul Pena Guruku karya Penyuluh Antikorupsi (Paksi) Wuri Astuti sukses menggugah hati para peserta. Puisi yang dibacakan sebagai pengantar materi pada Webinar Nasional dengan tema “Peran Guru dalam Melawan Korupsi” itu digagas oleh Komunitas Asosiasi Penyair Yes Action (APA YA) dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional (25/11).
Kegiatan yang diselenggarakan secara daring tersebut diikuti oleh 100 peserta yang berlatar belakang guru, menghadirkan tiga narasumber yang berpengalaman dalam bidang pendidikan. Setelah membacakan puisi pengantar, Wuri Astuti, menjadi narasumber pertama yang berbagi ilmu dan pengalamannya mengenai keteladanan guru dalam mendidik muridnya, terutama karakter antikorupsi. Bagi Wuri, para guru adalah teladan bagi peserta didik, sehingga mereka harus melaksanakan tugas dengan amanah serta fokus dalam menumbuhkan karakter anak bangsa agar Indonesia semakin maju.
“Dunia pendidikan adalah garda terdepan dalam menanamkan karakter, untuk itu perlu digalakkan penanaman nilai nilai integritas dan antikorupsi sedini mungkin, agar output-nya nanti peserta didik yang menjadi pejabat bekerja dengan bersih dan tidak korupsi,” ujar Wuri.
Narasumber lainnya, Halil Subagiono, menyampaikan mengenai implementasi 9 nilai integritas yang dimulai dari diri sendiri. Sembilan nilai integritas itu adalah jujur, mandiri, bertanggung jawab, berani, sederhana, peduli, disiplin, adil dan kerja keras atau yang disingkat Jumat Bersepeda KK.
“Saya mengajak peserta melakukan praktik baik dalam mengimplementasikan 9 nilai antikorupsi yang dapat dimulai dari diri sendiri selanjutnya dapat berdampak ke orang lain, termasuk ke peserta didik dan lingkungan keluarga. Guru yang hebat adalah guru yang mampu memberikan inspirasi dalam tugasnya sebagai agen perubahan,” ujar Halil.
Halil mengatakan, apa yang disampaikannya dalam webinar tersebut merupakan kado istimewa yang ia persembahkan bagi guru dalam momentum Peringatan Hari Guru Nasional 2022. Dia berharap kado ini menjadi penyemangat bagi para guru untuk berpartisipasi memberantas korupsi melalui peserta didik sebagai investasi masa depan yang lebih baik. Dalam kesempatan itu, Halil juga mengingatkan bahwa tugas guru tidak sebatas mengajar namun lebih dari itu, memanusiakan manusia dengan jalan paling mulia, yaitu mendidik.
Heni Dwi Untari, narasumber dalam kegiatan Webinar Nasional tersebut, menjelaskan pentingnya peran guru dalam menanamkan nilai integritas pada anak didik.
“Pesan yang ingin saya sampaikan agar peserta, terutama guru, bisa menerapkan nilai-nilai integritas dan nilai-nilai antikorupsi sehingga bisa menanamkan nilai integritas tersebut kepada siswa didiknya,” ujar Heni.
Heni berharap setelah acara, peserta dapat berkomitmen untuk menerapkan nilai antikorupsi dan menjadi duta antikorupsi di lingkungannya masing masing.
Lebih lanjut, Aniek Juliarini, selaku Ketua II Komunitas APA YA menjelaskan bahwa tujuan diadakan Webinar Nasional ini dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional dan memberikan apresiasi kepada guru atas jasa-jasanya.
“Selain dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional, kegiatan ini bertujuan untuk mengajak para peserta yang notabene guru untuk menanamkan nilai-nilai antikorupsi kepada para siswa terutama dengan pendekatan melalui puisi,” Ujar Aniek.
Selain itu Aniek menilai guru memiliki posisi yang sangat strategis dalam turut serta menanamkan nilai-nilai antikorupsi kepada para peserta didik. Edukasi melalui pendekatan budaya, salah satunya melalui puisi, dapat lebih terasa dan membekas dalam dada.
“Harapan kami, peserta dapat berkontribusi dalam mencegah terjadinya tindak pidana korupsi demi kemuliaan bangsa ini, dengan menanamkan 9 nilai antikorupsi melalui pendekatan budaya seperti puisi, yang merupakan medium paling baik untuk mengingatkan orang lain tanpa rasa menggurui,” tutup Aniek. (AWP/ARM)