AKSI / GURU DI PAPUA RELA TEMPUH PERJALANAN JAUH DEMI JADI PENYULUH ANTIKORUPSI
Tekad dan motivasi yang kuat untuk berperan memberantas korupsi jadi dasar banyaknya anggota masyarakat menjadi Penyuluh Antikorupsi atau Paksi. Seperti seorang guru di Papua ini, dia rela menempuh perjalanan jauh demi mengikuti sertifikasi menjadi Paksi.
Adalah Andjas Irfiansyah, guru di SMA Negeri 1 Distrik Okaba, Merauke, yang mengikuti sertifikasi Paksi di kantor BPSDM Papua, kota Jayapura, pada Rabu (24/8).
Okaba dan Jayapura terbentang jarak lebih dari 600 kilometer jauhnya. Lewat jalur darat bisa menempuh waktu berhari-hari karena medannya yang buruk. Sementara lewat jalur udara, Andjar perlu dua kali naik pesawat. Seminggu, hanya ada dua kali jadwal pesawat ke Jayapura. Itu pun pesawat kecil yang hanya muat 12 penumpang, jadi harus berlomba mendapatkan tiket. Seluruh biaya tiket dan akomodasi keluar dari kantongnya sendiri.
"Dari Okaba ke Merauke dulu naik pesawat pada tanggal 22 kemarin. Lalu pada tanggal 23, dari Merauke ke Jayapura naik pesawat juga. Untuk akomodasi, ongkosnya Rp 5 jutaan PP," kata Andjas saat berbincang dengan tim Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) KPK.
Jauh-jauh datang dari Okaba, motivasi Andjas ingin menjadi Paksi adalah untuk mendapatkan sertifikasi agar semakin kompeten dalam memberikan pengetahuan antikorupsi di daerahnya. Dia mengatakan, target utama penyuluhannya nanti adalah anak-anak didiknya.
"Paksi bukan sekadar penyuluh, tapi lebih untuk menggerakkan masyarakat. Sebagai pendidik, saya bertanggung jawab menjadi teladan dan pembentuk karakter generasi muda, karena mereka akan menjadi pemimpin masa depan Papua," kata Andjas.
"Jika mereka memiliki karakter yang berintegritas, masa depan Papua akan terjamin di tangan mereka," lanjut dia lagi.
Selain di sekolah, dia juga berencana akan "blusukan" ke kampung-kampung di distrik Okaba untuk memberi pengetahuan antikorupsi. Menurut dia, banyak orang-orang di pedalaman Papua yang belum memahami soal integritas dan dampak korupsi.
"Saya akan memberi penyuluhan pertama ke siswa, rekan kerja, dan berencana masuk ke kampung-kampung berbicara dengan aparat-aparat kampung di distrik Okaba," kata Andjas.
Andjas telah direkomendasikan kompeten oleh asesor pada uji kompetensi. Dia merupakan 1 dari 20 orang yang menjalani uji kompetensi untuk menjadi Paksi pekan ini di Papua. Sebelumnya pada Juli lalu, LSP KPK telah mengadakan Pelatihan Penyuluh Antikorupsi atau Pelopor di lokasi yang sama.
Andjas bukan satu-satunya yang datang dari jauh. Ada lagi Timotius Daud Yelimolo yang datang dari Manokwari, Papua Barat. Anggota komunitas pemuda ini sengaja menempuh perjalanan udara lebih dari 800 kilometer untuk mengikuti sertifikasi Paksi di Jayapura.
Daud mengaku terbuka pemahamannya tentang korupsi setelah mengikuti kegiatan Pelopor beberapa waktu lalu. Karena itulah, tokoh komunitas pemuda Papua Barat ini akhirnya memutuskan mengikuti sertifikasi Paksi.
"Saya belajar apa itu korupsi, nilai integritas, dan delik-delik korupsi. Saya baru sadar ketika berbicara korupsi, kita harus kompeten dan punya nilai-nilai integritas. Jika tidak, maka kita akan rentan jadi korban korupsi," kata Daud.
"Bisa jadi ketika kita berdemo antikorupsi, tapi di belakang bisa diberi suap. Jika tidak mengerti apa itu korupsi, kita juga bisa diperalat oleh kelompok tertentu," lanjut Daud yang kini bergabung di GIZ Indonesia.