Ada satu momen dalam sepekan di mana ratusan hingga ribuan orang berkumpul di satu tempat, duduk diam tanpa bicara mendengarkan nasihat. Momen itu tak lain adalah shalat Jumat. Menyadari hal tersebut, Penyuluh Antikorupsi (Paksi) Prananto berinisiatif menggunakannya untuk menyebarkan nilai antikorupsi.
Paksi yang sehari-harinya bekerja di Inspektorat Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, ini punya misi menyusun teks khutbah Jumat bertemakan antikorupsi. Misi ini sejalan juga dengan tugasnya sebagai pengurus Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia (DDII) Provinsi DIY yang berkewajiban menyusun khutbah Jumat secara rutin.
"Mimbar Jumat merupakan forum yang cukup efektif dan efisien untuk dijadikan sebagai media pendidikan antikorupsi secara komprehensif dan berkelanjutan, Karena audiens dengan penuh kesadaran bersedia hadir secara rutin dalam forum tersebut," kata Prananto kepada ACLC pekan ini.
Prananto memiliki misi menjadikan teks khutbah Jumat yang dia susun sebagai "amunisi" bagi para khatib di Gunung Kidul. Untuk itu, Prananto menargetkan membuat 52 khutbah Jumat bertemakan antikorupsi. Nantinya, khutbah Jumat itu akan dibukukan untuk jadi pegangan para khotib. Bahkan Prananto telah menyiapkan sampul bukunya, sebagai motivasi untuk menyelesaikannya.
"Angka 52 merujuk kepada jumlah minggu dalam satu tahun. Harapannya 52 naskah khutbah Jumat tersebut bisa dijadikan panduan bagi khatib untuk menyampaikan khutbah dengan topik materi antikorupsi selama setahun penuh," kata Paksi berusia 47 tahun ini.
"Target awal penyelesaian naskah tersebut akhir tahun 2022," lanjut dia lagi.