DI LAYAR komputer, beberapa kolom formulir pengajuan anggaran APBD itu terlihat berwarna merah muda. Sistem mendeteksi adanya ketidaksinkronan antara harga barang per unit dengan standar harga yang telah ditentukan.
“Harga per unit batu bata terlalu tinggi dibandingkan harga standar. Cek kembali efisiensi dan efektivitas rencana belanja dari supplier,” demikian analisis dan rekomendasi yang diberikan oleh sistem.
Begitulah simulasi yang dilakukan PANDORA (Pengawasan Anggaran dan Dana Otoritas), sebuah aplikasi berbasis web, yang ditulis oleh Klemens Iwan Tjahjono Diposubagio.
Tulisan ilmiahnya itu menjadi juara pertama Festival Pena Antikorupsi (FesPA) KPK 2024 untuk kategori “Karya Tulis Kreatif Umum”. Klemens menawarkan sebuah terobosan dalam menganalisis dan mendeteksi anomali dalam perencanaan dan pengajuan APBD berbasis kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (ML) sebagai AI-Anti Corruption Technology (AI-ACT).
Selama Agustus hingga September lalu, Direktorat Gratifikasi dan Pelayanan Publik KPK bekerja sama dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) mengadakan FesPA.
FesPA merupakan lomba karya tulis yang membuka kesempatan kepada masyarakat umum, kalangan profesional dan mahasiswa untuk ikut serta dengan tujuan mendorong peran aktif masyarakat dalam upaya pencegahan korupsi dengan menuangkan gagasan kritisnya dalam bentuk tulisan.
Buku ini berisi tulisan kreatif dan ilmiah yang menyodorkan alternatif pemikiran pemberantasan korupsi secara kritis, analitis, dan kreatif berdasarkan kondisi kekinian; tidak hanya berbasis studi sosial kultural tapi juga teknologi seperti AI, machine learning, dan blockchain.
Dengan begitu, tulisan-tulisan yang terkumpul ini memberikan berbagai perspektif, menciptakan dialog multi-dimensional yang segar tentang korupsi.
Gaya penulisan yang variatif—formal ilmiah hingga pendekatan naratif yang kreatif—membuat buku ini layak dijadikan acuan oleh kalangan akademisi, aktivis, maupun umum yang tertarik dengan isu korupsi.
Pada penyelenggaraan perdana ini, FesPA menjaring 1.216 karya tulis untuk dua kategori, yaitu: Karya Tulis Kreatif (Umum) dan Karya Tulis Ilmiah (Mahasiswa). Melalui beberapa tahapan seleksi meliputi plagiarism checking dan shortlisting, diperoleh 12 besar karya tulis yang masuk ke dalam babak final.
Peserta Top 12 selanjutnya mengikuti sesi inkubasi dan mendapatkan mentoring bersama para ahli/profesional untuk memperdalam kualitas penulisan karya tulisnya. Penjurian karya tulis akhir dari Peserta Top 12 kemudian dinilai oleh KPK dan ahli/profesional.
Terpilihnya 6 karya tulis terbaik dari kategori kreatif dan ilmiah sebagai pemenang dalam FesPA pada tanggal 27 September 2024 adalah puncak dari seluruh rangkaian kompetisi FesPA 2024.
“Kami sampaikan ribuan terima kasih untuk partisipasi para juri, mentor, narasumber dan seluruh partisipan atas dedikasi yang diberikan dalam menyukseskan FesPA,” ujar Direktorat Gratifikasi dan Pelayanan Publik KPK.
Sebagai upaya merekam berbagai ide dan gagasan antikorupsi dari para pemenang FesPA, KPK bersama GIZ menerbitkan buku "Pena Antikorupsi: Kumpulan Karya Terbaik FesPA 2024".
Buku ini dikemas dalam bentuk cetak maupun digital untuk mempermudah penyebarluasannya dalam menyuarakan antikorupsi.
Semoga buku ini membawa manfaat, ide dan upaya inovatif bagi semua pihak yang berkepentingan dalam pencegahan korupsi di Indonesia.