KEPEDULIAN bukan sebatas dorongan emosional sesaat, melainkan sifat dasar manusia dalam berinteraksi dengan orang lain.
Memiliki sifat peduli mendorong kita untuk mempertimbangkan implikasi yang lebih luas dari setiap tindakan; tentu demi menghindari keputusan keliru yang bisa merugikan orang lain, meski mungkin menguntungkan diri sendiri.
Prinsip peduli seharusnya juga berlaku untuk fenomena fraud atau korupsi—suatu praktik yang tumbuh subur di lingkungan di mana kepentingan pribadi mengalahkan kepentingan bersama.
Korupsi, sekecil apa pun, pada akhirnya merugikan orang lain. Mereka yang benar-benar peduli akan menjauhkan diri dari segala bentuk keterlibatan dalam tindakan semacam itu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peduli berarti memperhatikan, mengindahkan, dan memedulikan. Kepedulian tidak hanya terbatas pada hubungan antarmanusia, tetapi juga mencakup lingkungan sekitar.
Misalnya, kepedulian terhadap lingkungan berarti secara sadar menghindari tindakan yang dapat merusak alam. Begitu pula, kepedulian sosial mencerminkan rasa tanggung jawab terhadap kondisi orang lain, yang mendorong kita untuk memberikan dukungan ketika diperlukan.
Dari sudut pandang tersebut, jelas bahwa individu yang peduli—baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesejahteraan sosial—tidak mungkin terlibat dalam tindakan korupsi.
Korupsi, pada hakikatnya, hanya menguntungkan segelintir orang dengan mengorbankan kepentingan banyak pihak, menyebabkan kerugian nyata yang berdampak luas dalam masyarakat.
Ambil contoh kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh korupsi dalam pengelolaan sumber daya alam. Dampaknya tidak hanya terasa saat ini tetapi juga dalam jangka panjang.
Korupsi dalam perizinan penebangan hutan, misalnya, menyebabkan hilangnya banyak pohon yang memiliki peran penting dalam mencegah erosi, menghasilkan oksigen, dan menjaga keseimbangan air selama musim kemarau.
Akibatnya, hutan yang dulu melindungi masyarakat dari bencana alam seperti banjir dan kekeringan tidak lagi berfungsi dengan optimal, memperburuk dampak perubahan iklim dan meningkatkan kerentanan populasi terhadap bencana.
Begitu pula dengan dampak sosial dari korupsi yang sangat signifikan, terutama dalam memperburuk kemiskinan. Korupsi menaikkan biaya layanan publik dan menghambat upaya penanggulangan kemiskinan.
Bahkan, program-program yang dirancang untuk membantu masyarakat miskin, seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), menjadi peluang bagi pelaku korupsi untuk menyalahgunakan dana yang seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Kondisi itu menciptakan paradoks yang menyakitkan: inisiatif untuk mengurangi kemiskinan justru memperparah ketimpangan yang ada.
Kepedulian generasi antikorupsi
Menumbuhkan rasa peduli harus dimulai sejak dini. Anak-anak yang dibesarkan tanpa diajarkan untuk peduli dengan lingkungannya akan tumbuh dengan hanya memusatkan perhatian pada kepentingan pribadi, tanpa memperhitungkan dampak lebih luas dari tindakan mereka.
Bagi para orang tua dan pendidik, peran menanamkan kepedulian pada anak-anak menjadi sangat penting. Ada beberapa strategi yang efektif untuk melakukan hal ini:
- Ajarkan dengan Bahasa yang Sederhana
Mulailah dengan menjelaskan konsep kepedulian dalam bahasa yang paling sederhana. Gunakan kejadian sehari-hari dan pertanyaan anak-anak untuk mengilustrasikan apa artinya peduli.
Buku dongeng Kakek Tulus, misalnya, yang disusun oleh KPK mengajarkan nilai-nilai integritas dan kepedulian bisa menjadi alat yang berguna. Dengan cara yang menyenangkan ini, anak-anak lebih mungkin memahami dan menyerap nilai-nilai kepedulian.
Tunjukkan kepada anak contoh-contoh konkret dari kepedulian dalam kehidupan nyata. Misalnya, ketika ada berita tentang bencana alam dan korban yang harus mengungsi, tanyakan kepada anak bagaimana perasaannya terhadap situasi tersebut.
Jawaban anak akan memberikan wawasan tentang perkembangan rasa empati dan kepeduliannya terhadap orang lain. Jangan khawatir jika anak belum sepenuhnya menunjukkan empati, karena ini menjadi kesempatan untuk terus mengasah pemahaman mereka, bukan sebagai tanda kegagalan.
- Libatkan anak dalam aktivitas sosial
Ajak anak terlibat langsung dalam kegiatan sosial. Biarkan mereka memilih sendiri mainan atau pakaian yang masih layak pakai untuk disumbangkan kepada yang membutuhkan.
Dengan mengamati pilihan mereka, Anda bisa melihat bagaimana mereka menyeimbangkan antara keterikatan pribadi dan kemurahan hati. Jika anak memilih barang-barang yang masih bagus, itu menunjukkan kemauan untuk berbagi, sedangkan jika tidak, mungkin anak masih perlu lebih memahami arti kepedulian yang lebih mendalam.
- Ajarkan anak menyayangi semua makhluk hidup
Kepedulian tidak hanya berlaku untuk sesama manusia, tetapi juga untuk makhluk hidup lainnya. Ajak anak berinteraksi dengan hewan melalui kunjungan ke kebun binatang atau berinteraksi dengan hewan peliharaan—ini menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap alam.
Begitu pula, mengajarkan anak tentang pentingnya tumbuhan—dengan melibatkan mereka dalam kegiatan berkebun akan membantu mereka menghargai peran alam dalam kehidupan manusia.
Pada intinya, menanamkan integritas dan kepedulian merupakan langkah penting dalam membentuk pemimpin masa depan yang bersih dari korupsi.
Dengan menanamkan nilai-nilai integritas sejak dini, #KawanAksi turut membangun generasi yang memiliki kekuatan untuk menolak godaan korupsi. Anak-anak yang tumbuh dengan nilai kepedulian dan integritas akan menjadi pemimpin yang mengutamakan kepentingan bersama di masa depan. [*/ai]