OLAHRAGA seharusnya mengusung nilai-nilai sportivitas. Hanya, tak sedikit di kenyataannya, praktik curang mulai doping, pengaturan skor, suap dan lain-lain telah menjadi penyakit kronis yang menggerogoti nilai-nilai integritas di dunia.
Pada Jumat (21/06) lalu, ACLC KPK pada INSIGHT Talks episode kedua mengangkat tema “Lapangan ‘Kotor’, Berani Main Bersih!?” yang dihadiri hingga 330 #KawanAksi.
Pada episode ini, Da Lopez brothers alias Andovi da Lopez dan Jovial da Lopez kedatangan narasumber yang jujur dan berani, yakni Oki Rengga seorang komika sekaligus eks-atlet sepak bola dan Epi Handayani, Fungsional Dit. Soskam KPK. Mereka pada INSIGHT Talks kali ini mengupas tuntas perilaku koruptif yang ada di dunia olahraga, khususnya pada olahraga sepak bola.
Oki Rengga, mantan pesepak bola profesional, berkisah tentang praktik-praktik tidak sehat yang terjadi di balik industri sepak bola Tanah Air.
Oki yang pernah bermain di PSDS Deli Serdang dan PSMS, mengaku awalnya tidak percaya dengan praktik curang tersebut.
"Ada momen jadi kiper utama karena aku deket dengan pelatih. Saat itu aku membayar pelatih. Ada potongan untuk pelatih. Kalau aku enggak ngasih dia, aku dicadangkan," ungkap Oki.
Lebih mengejutkan lagi, menurutnya, ada upaya pengaturan skor yang melibatkan orang asing. "Ada momen kami didatangi satu orang untuk melakukan pengaturan skor di satu pertandingan. Orangnya bukan orang Indonesia, dia dari luar (negeri)," cerita Oki.
Meski akhirnya batal, kejadian itu menunjukkan betapa rentannya dunia sepak bolah Indonesia.
Sementara itu, Epi menjelaskan praktik curang (fraud) di dunia olahraga bukan rahasia umum. Catatanya sepanjang 2010-2019, kasus korupsi di dunia olahraga telah merugikan negara hingga Rp800 miliar.
Epi juga menambahkan, sebenarnya masyarakat berharap seluruh pemangku kepentingan dunia olahraga mengelola sistem dan manajemen olahraga dengan baik.
Berdasarkan pengalamannya sebagai jurnalis olahraga, Epi melihat sebagian pemain sepakbola Indonesia berprestasi di usia muda, tapi ketika menjadi senior justru bermain tidak sportif.
Hal tersebut juga diakui oleh Oki pernah terjebak dalam gaya hidup yang tidak sesuai dengan profesionalisme atlet seperti larut pada dunia malam.
Untuk memperbaiki kondisi fraud di dunia olahraga, khususnya sepak bola, Oki menyarankan beberapa langkah. Pertama, peningkatan kualitas wasit melalui pelatihan intensif. "Datangkan aja dulu instruktur untuk ngasih tau di wasit-wasit di Liga Indonesia. Adapun VAR kalau wasitnya ndak kompeten, sama aja," sarannya.
Kedua, standarisasi klub profesional. "Kita bisa membuat regulasi khusus untuk mencegah tindakan korupsi di sepak bola. Contohnya standarisasi sebuah klub sepak bola untuk bermain di liga tertinggi, baik secara finansial, secara fasilitas dan lain-lain," jelasnya.