POLITIK bukan “milik” orang dewasa saja, melainkan perlu dipelajari oleh generasi-generasi lebih muda, bahkan para remaja sekolah. Bagaimanapun politik sangat dekat dengan kehidupan kita.
Ambil contoh, bidang pendidikan mulai program tahunan, fasilitas belajar, bantuan pendidikan (beasiswa hingga infrastruktur) merupakan hasil dari keputusan politik. Begitu pula dengan harga bensin atau solar, tarif kendaraan umum, jalan mulus, internet murah dan merata, itu semua tak lepas dari keputusan politik yang dibahas pemerintah dengan para stakeholder.
Pemilu 2024 menjadi catatan tersendiri bagi generasi muda dan pemilih pemula. Pemilu kali ini, jumlah pemilih muda dan pemula mencapai 52 persen berdasarkan DPT yang dirilis KPU RI. Namun, sejauh ini belum diketahui berapa jumlah dari mereka yang menggunakan hak pilihnya karena proses penghitungan suara masih berlangsung hingga Maret mendatang.
Generasi remaja sudah saatnya terpapar politik sebanyak mungkin. Ini untuk membantu mereka tumbuh menjadi warga negara yang aktif. Maka, sudah saatnya mereka diberi pelajaran tentang demokrasi, bagaimana pemerintahan bekerja, dan proses politik berjalan di Indonesia.
Mengapa perlu belajar politik?
Setidaknya ada 3 alasan mengapa mengajarkan politik pada generasi remaja:
- Mereka adalah masa depan bangsa. Anak-anak dan remaja adalah generasi masa depan. Memahami politik bukanlah perkara yang bisa dipelajari dalam jangka pendek, butuh pengenalan bertahap. Partisipasi politik mereka perlu dibentuk sejak dini. Ketika mereka tela memiliki hak pilih, secara sadar mereka akan berpartisipasi dengan sukarela, bahkan diharapkan bersikap kritis dalam memilih calon pemimpin bangsa dan negara yang berintegritas.
- Sadarkan mereka memiliki hak suara. Banyak anak yang merasa mereka tidak memiliki hak bicara karena politik adalah urusan orang dewasa. Ini tidak tepat. Justru, setiap warga negara memiliki hak untuk berpendapat dan mengutarakan maksud politiknya. #KawanAksi sebagai orangtua bisa membantu anak-anak agar tidak salah dalam memahami politik. Misal, mengajak berdiskusi apa yang mereka rasakan atau ketahui tentang ketua RT, pemerintahan desa, dan lain-lain.
- Input pengetahuan. Pada usia tertentu, anak-anak pasti ingin tahu banyak hal. Topik politik bisa menjadi pilihan untuk dibahas—tidak perlu membahas politik praktis, tapi bagaimana proses politik di lingkup kecil hingga nasional. Latih mereka dalam berpikir dan membentuk ide-ide sendiri. Praktik semacam ini, bila dikenalkan di sekolah-sekolah, ketika tumbuh dewasa, pemahaman konkret mereka tentang pemerintah lebih matang.
Lakukan edukasi seputar politik secara perlahan sesuai dengan usianya. Jangan terlalu memaksa anak karena hal ini akan membuat anak menjadi bosan atau bahkan takut dengan politik. Mengajarkan anak tentang politik memang harus disertai dengan kesabaran.
Pemahaman mengenai politik juga dapat membuat para remaja tertarik untuk terlibat dalam sebuah politik. Tidak harus dengan bergabung pada partai politik, keterlibatan tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk lainnya. Misal, aktif dalam gerakan sosial, ikut petisi sebuah masalah sosial politik, dan sebagainya. Gerakan politik saat ini mudah menjadi perhatian karena ramai di media sosial, notabene sebagai medium yang biasa dipakai generasi muda, termasuk remaja.
Para remaja yang memahami politik secara mendalam diharapkan bisa mengemukakan pendapatnya terkait kondisi politik dari sudut pandang mereka. Bisa jadi, mereka memiliki ide-ide kreatif untuk memajukan bangsa dan negara ini. Terpenting, memberikan edukas politik juga tak lepas dengan nilai-nilai integritas, termasuk korupsi dan bahayanya. Ini penting disampaikan karena generasi-generasi merekalah yang akan meneruskan nilai-nilai dasar etika, mana yang boleh dan tidak, mana yang baik dan buruk, mana yang melanggar hukum dan tidak.
Untuk mengedukasi anak-anak dan remaja mengenai politik, #KawanAksi bisa memanfaatkan berbagai modul dan jurnal di situsweb ACLC KPK. Dalam bagian Pustaka, terdapat banyak modul yang bisa #KawanAksi pilih dengan menyesuaikan usia anak, termasuk tentang korupsi dan bahayanya.[*]