Modus-modus korupsi
Deputi Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK Wawan Wardiana menuturkan, KPK sengaja terlibat dalam isu pemilu karena upaya untuk memberikan edukasi dan mencegah tindak pidana korupsi.
Dalam kajian KPK, kata dia, terdapat beberapa modus korupsi yang berkaitan dengan politik atau pemilu. Pertama, pelaku memanfaatkan anggaran pusat maupun daerah untuk menyuap aparatur sipil negara atau masyarakat. Ini cenderung dilakukan petahana yang mencalonkan diri agar terpilih kembali.
Kedua, modus mencari uang melalui pegadaan barang dan jasa. Ini biasanya melalui modus kickback—imbalan karena telah memenangkan tender. Modus berikutnya, ketiga, terkait dengan pemberian izin investasi, biasanya di daerah yang kaya sumber daya alam.
Lalu, modus pembuatan regulasi atau peraturan-peraturan. “Jangan dianggap regulasi itu dibikin mudah, di situ juga ada transaksional,” ujarnya. Yang dimaksud transaksional ini, ada pihak tertentu yang menitipkan pasal atau ayat tertentu pada aturan yang dibuat sehingga menguntungkan segelintir orang atau kelompok tertentu.
Menurut Wawan, modus-modus itu didorong oleh politisi yang ingin atau butuh mengembalikan uang yang telah dikeluarkan selama masa kampanye pemilu.
Para politisi tidak hanya menggunakan dana sendiri dalam berkampanye, tapi mendapatkan dana dari para sponsor. Dana yang didapat pun mencapai miliaran.
“Mereka dibantu oleh pihak ketiga untuk kampanye, tapi memang mereka ikhlas? Mereka ngasih duit, ya dengan harapan uangnya dikembalikan; bisnisnya jangan diganggu; jika ada pengadaan barang dan jasa, turut dilibatkan,” ujar Wawan.
Oleh karennya, ia meminta agar dalam Pemilu 2024 para pemilih muda membantu KPK mengampanyekan tolak politik uang atau biasa dikenal “serangan fajar” kepada keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Anak muda harus cakap digital
Sebagai generasi yang paling akrab dengan platform digital, pemilih muda juga perlu memfilter semua informasi yang beredar, terutama di media sosial.
Kevin Geraldi, kreator konten TikTok yang fokus di isu-isu politik, mengatakan bahwa media sosial, terutama TikTok, saat ini menjadi sarang hoaks atau berita palsu. Sayangnya, banyak pengguna TikTok menerima mentah-mentah informasi yang beredar.
Ia pun mendorong kalangan muda untuk selalu memfilter kembali setiap konten yang didapat dan mengabaikan akun-akun medsos yang tidak berdasarkan data saat membahas sesuatu. “Anak muda haruslah cakap digital,” ujarnya.
Sebagai kreator konten, lelaki 26 tahun yang dikenal sebagai inspektur Nguyen ini menuturkan dirinya selalu menggunakan sumber-sumber data atau informasi tepercaya sebelum membuat konten. “Karena sebagai content creator punya tanggung jawab besar,” kata Kevin.[]