Awas Overthinking Bisa Picu Korupsi, Atasi dengan THINK!

AKSI / AWAS OVERTHINKING BISA PICU KORUPSI, ATASI DENGAN THINK!

30 AGUSTUS 2022

Overthinking atau memikirkan sesuatu secara berlebihan belakangan ini banyak dialami oleh masyarakat. Tidak pandang bulu, overthinking menjangkiti semua kalangan, baik tua dan muda. Ternyata overthinking yang berujung pada kecemasan (anxiety) bisa menyulut terjadinya kecurangan atau korupsi lho. Lantas, apa solusi mengatasi overthinking? Yuk disimak!

Rany Moran, life coach dan psychological counsellor, menjelaskan bahwa overthinking sejatinya adalah kapasitas alami dari proses otak untuk melindungi manusia dari bahaya. Saat mengalami hal tersebut, otak manusia mengulang-ulang apa yang sudah terjadi, dan memprediksi apa yang akan terjadi, agar tidak terjadi kesalahan.

Kondisi ini lumrah. Sebuah penelitian, kata Rany, menunjukkan bahwa otak manusia hanya memikirkan 25 persen hal-hal baru. Sementara 75 persen sisanya adalah mengulangi apa yang sudah terjadi.

"Namun kita harus awas dengan sifat alamiah manusia ini. Jika overthinking tidak diatasi, maka seseorang akan terobsesi terus menerus dengan hal-hal yang sudah dan akan terjadi. Akhirnya terjadi anxiety, berpikiran negatif, terus-terusan khawatir dan mengganggu produktivitas kita," kata Rany dalam webinar Insight beberapa waktu lalu yang diadakan oleh Direktorat Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi KPK.

Rany menjelaskan bahwa overthinking banyak terjadi belakangan ini karena ledakan internet dan sosial media. Tayangan yang sarat akan konsumerisme dan hedonistik telah memunculkan persepsi yang salah mengenai kesuksesan dan kebahagiaan. Banyak orang saat ini menganggap kebahagiaan berarti harus kaya, punya banyak materi.

Role model yang ada saat ini, kata Rany, adalah para selebritis di dunia maya yang gemar flexing. Teladan yang buruk ini memicu gambaran kesuksesan yang semu sehingga membuat banyak orang insecure dengan kehidupannya. Hal ini memicu kompetisi yang tinggi untuk mencapai kondisi yang terlalu muluk tersebut.

"Muncul cara memandang nilai hidup yang salah. Semuanya harus melibatkan uang. Mereka tidak lagi mementingkan kebaikan dan integritas hidup, tapi mencari solusi instan dengan materi," kata Rany.

Overthinking Memicu Korupsi

Overthinking ini yang dipicu oleh kompetisi yang tinggi untuk mencapai materi sebanyak-banyaknya dapat memunculkan tindakan korupsi. Hal ini disampaikan oleh Direktur Sosialisasi dan Kampanye KPK, Amir Arief, yang turut menjadi pembicara pada webinar tersebut.

"Dampak overthinking yang ditemukan oleh KPK, gara-gara kompetisi yang begitu kuat, akhirnya orang ingin mencari jalan pintas. Mereka mencari kekayaan dengan cara mudah, lalu dilakukanlah kecurangan," kata Amir.

Lantas bagaimana cara mencegah overthinking agar tidak berujung korupsi? Amir mengatakan, salah satu caranya adalah mendefinisikan kembali arti kesuksesan dan kebahagiaan. Tidak melulu dilihat dari banyaknya harta, kebahagiaan menurut Amir berasal dari nilai di dalam diri kita sendiri.

"Value kita adalah harus menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya, bukan dengan cara membandingkan kemuliaan atau kekalahan orang lain," kata Amir.

Terlebih dari itu, seseorang harus terus menegakkan integritas dirinya untuk mencegah overthinking. KPK telah menetapkan sembilan integritas yang mesti dipegang untuk mencegah korupsi, yaitu jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil.

"Memperkuat nilai-nilai integritas ini menjadi solusinya. Misalnya kejujuran, jika ada godaan untuk curang, pasti ada nilai kejujuran yang dilanggar," kata Amir.

THINK, Solusi Overthinking

Selain meningkatkan integritas, Rany memaparkan solusi lainnya untuk mengatasi overthinking yaitu THINK. THINK adalah akronim dari True, Helpful, Inspiring, Necessary, dan Kind yang harus ditanyakan setiap kali seseorang overthinking.

Berikut penjabarannya:

T - is it True?

Pertanyakan dalam diri sendiri, apakah yang menjadi beban pikiran itu benar adanya? Jangan-jangan cuma perasaan buruk saja. Jika tidak benar, hentikan memikirkannya.

H - is it Helpful?

Apakah dengan memikirkannya membantu kita menyelesaikan masalah? Apa dampak positifnya bagi kita? Jika tidak ada, maka tinggalkan.

I - is it Inspiring?

Apakah dengan memikirkannya dengan berlebihan bisa memicu inspirasi bagi kita? Apakah akan menjadi lebih baik, atau malah lebih buruk? Jika tidak inspiring, maka hentikan.

N - is it Necessary?

Apakah perlu kita memikirkannya sedemikian rupa? Jika tidak terlalu penting, untuk apa menyusahkan pikiran kita?

K - is it Kind?

Apakah dengan memikirkannya akan berujung baik kepada diri sendiri dan orang lain? Jika tidak, maka tinggalkanlah.

"Jika overthinking tidak ada gunanya, let go. Lalu kita tutup dengan pemikiran yang positif dan produktif," kata Rany.